Guru Bangsa

Pendidikan Islam
RSS

Total Tayangan Halaman

II SEJARAH PENDIDIKAN PADA MASA ROSUL, KHULAFAURRASYIDIN DAN DINASTI BANI UMMAYAH

Oleh: Dedy Irawan Maesycoery
PENDAHULUAN
Rasulullah SAW. sebagai suri teladan dan rahmatan lil‘alamin bagi orang yang mengharapkan rahmat dan kedatangan hari kiamat. Beliau adalah pendidik pertama dan terutama dalam dunia pendidikan Islam. proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spirituailisme dan bimbingan emosional yang dilakukan Rasulullah dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa.
Pada periode Rasulullah, fase Makkah dan Madinah, para aktivis pendidikan dapat menyerap berbagai teori dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-pola pendidikan dan interaksi sosial yang lazim dilaksanakan dalam setiap manajemen pendidikan Islam.
Pola pendidikan di masa Rasulullah SAW., tidak terlepas dari metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidikan, peserta didik, lembaga, dasar, tujuan dan sebagainya yang bertalian dengan pelaksanaan pendidikan Islam, baik secara teoritis maupun praktis.
Pada masa Khulafaur rasyidin, banyak sekali kendala dalam hal kependidikan, dari mulai masa Abu Bakar sampai Ali Bin Abu Thalib.
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib, maka terlahirlah kekuasaan dinasti bani umayyah. Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam. Pengembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika masa rasul dan khulafaur rasidin, yaitu kuttab yang pelaksanaanya berpusat di masjid.

PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN PADA MASA RASULULLAH
1. Tahap Pendidikan Islam Pada Fase Mekkah
a. Tahap rahasia dan perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama, Al-Quran surat 96, ayat 1-5, pola yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil, di mulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadidjah, untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk dari Allah, kemudain diikuti oleh anak angkatnya Ali Ibn Abi Thalib (anak pamanya) dan Zaid ibn Haritsah ( seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya) kemudian sahabat karibnya, Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut di sampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam ibn Arqam
b. Tahap terang-terangan
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun,sampai turun wahyu yang berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau menggundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras di hari kemudian (hari kiamat)
Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh rasulullah seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang akan masuk islam. di samping itu,keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam, sudah di ketahui oleh kuffar Quraisy.
c. Tahap untuk umum
Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang berfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruan. Seruan dalam rangka ‘Internasional’ tersebut, di dasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulallah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang diterima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib, kabilah Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Mekkah.

2. Lembaga Pendidikan Dan Sistem Pembelajaran
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah, ada dua macam/tempat, yaitu: Rumah Arqam ibn Arqam dan kuttab. Dalam sejarah pendidikan Islam, istilah kuttab telah dikenal di kalangan bangsa Arab Pra-Islam. Ahmad salaby mengatakan bahwa kattab sebagai lembaga pendidikan terbagi menjadi dua,yaitu: pertama, kattab berfungsi mengajarkan baca tukis dengan teks dasar puisi-puisi arab, dan sebagian besar gurunya adalah nonmuslim, yana berlangsung di rumah-rumah dan pekarangan sekitar masjid. Kedua, sebagai pengajaran Al-Quran dan dasar-dasar agama Islam. Pengajaran teks al-Quran pada jenis kuttab yang jedua ini, setelah qurra dan huffiaz tahlil bacaan dan menghafal al-Quran telah banyak. Jenis institusi yang kedua ini merupakan lanjutan dari kuttab yang pertama.

3. Materi Dan Kurikulum Pendidikan Islam
Salah satu komponen operasional pendidikan islam adalah kurikulum, ia mengandung materi yang diajarkan secara sisitematis dengan tujuan yang telah ditetapkan . pada hakikatnya antara materi dan kurikulum mengandung arti yang sama, yaitu bahan-bahan pengajaran yang disajikan dalam proses pendidikan dalam suatu sistem institusional pendididkan. Seseorang yang akan membuat lesson plan tidak cukup hanya mempunyai kemamapuan membuat rumusan tujuan pengajaran. Ia juga harus menguasai materi pengajaran. Oleh karena itu, guru harus menguasai materi pengajaran.
Kurikulum pendidikan islam pada periode Rasulullah baik di Mekkah maupun Madinah adalah al-Quran , yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam pada saat itu. Karena itu, dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional tetapi juga secara fitrah dan pragmatis. Hasil dari cara yang demikian itu dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya yang dipancarkan kedalam sikap hidup yang bermental dan semangat yang tangguh, tabah, dan sabar tetapi aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Mahmud Yunus mengklasifikasikan materi pendidikan kepada dua macam, yaitu materi pendidikan yang diberikan di Mekkah dan materi pendidikan yang diberikan di Madinah. Pada fase Mekkah terdapat tiga macam inti sari materi pelajaran yang diberikan di Makkah, yaitu keimanan, ibadah dan akhlak. Dan inti sari pendidikan agama yang diterapkan Nabi di Madinah ada lima macam, yaitu pendidikan keimanan, ibadah, akhlak, kesehatan, dan kemasyarakatan.
Zhukairini membagi materi pandidikan pada fase Mekkah kepada dua bagian, yaitu: pendidikan tauhid dan pandidikan al-Quran.

4. Metode Pengajaran Rasulullah
Metode pengajaran ialah cara yang digunakan guru dalm mengadakan hubungan denagn sisiwa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru-guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan sisiwa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktiv dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa
Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenagkan dalam mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW. Menggunakan bermacam metode. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang diterapkan adalah (1) metode ceramah (2) dialog (3) diskusi atau tanya jawab (4) metode demonstrasi (5) metode eksperimen, metode sosiodrama dan bermain peranan.
Selanjutnya, metode pendidikan akhlak disampaikan Nabi dengan membacakan ayat-ayat al-Quran yang berisi kisah-kisah uamt dahulu kala, supaya diambil pengajaran dan iktibar dari kisah itu.orang yang taat dan patuh mengikuti Rasulullah, akan mendapat kebahagiaan dan orang yang durhaka mendapat siksa, seperti kisah Qarun yang bakhil dan kisah Musa yang berbuat baik kepada putri Su’aib dan lain-lain
Di samping dengan metode kisah; pendidikan akhlak juga dilakukan dengan menggunakan metode penegasan dan uswat al-hasanat. Misalnay dengan menjelaskan kreteria orang-orang munafik dan akibatnya, dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dengan Muhajirin. Metode-metode pendidikan akhlak yang diterapkan Rasulullah sangat berbekas di dalam pola tingkah laku para sahabat. Hal ini dapat dilihat dari kondisi umat saat itu yang betul-betul patuh dan taat kepada perintah Rasulullah SAW. Persaudaraan diantara mereka kaum Anshar dan Muhajirin terbina dengan rapat, kokoh dan penuh kasih sayang.
Metode Rasulullah dalam mendidik anak dapat dilihat dari arti hadis berikut ini;
Ana r.a. berkata, “Rasulullah SAW, adalah orang yang paling baik akhlaknya. Aku punya saudara yang dipanggil Abu Umair. Dia anak yang sudah dipisahkan dari susuan. Jika adtang beliau berkata,”wahai Abu Umair, apa yang dilakukan nughair (burung kecil)?” kadang-kadang, beliau bermain dengan dia, jika tiba saat shalat sementara beliau masih berada di rumah kami, beliau meminta permadani yang ada dibawahnya, lalau permadani itu beliau sapu dan ditiup-tiup. Kemudian berdiri dan mengikuti oleh kami di belakangnya.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidi, dan Daud)
Dari hadist diatas nilai-nilai tarbiyah yang dapat dipetik adalah sebagai berikut:
1. Meluangkan waktu untuk bermain dengan anak-anak
2. Membersihkan pertanda adanya praktik amal untuk bisa berbuat bersih sacara iman dan perilakunya nyata.
3. Shalat Rasulullah di dalam rumah menanamkan pemahaman teladan didalam urusan ibadah.
4. Kalimat yang diucapkan oleh Rasulullah Saw. “wahai Abu Umair, apa yang dikerjakan nughair?” punya beberapa faedah diantaranya:
a. Kata-kata akhirnya cocok dengan jiwa anak
b. Mudah dihafal
c. Mudah di-ucapkan
Nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari metode Rasulullah dalam mengajar anak usia puber sebagai berikut:
1. Mengajar anak usia puber untuk mendiskusikan inti permasalahan sehingga pikirannya tidak terpecah
2. Rasulullah menguasai aspek psikis anak usia puber
3. Rasulullah membuka dialog dengan anak usia puber
4. Rasulullah memberikan pertanyaan yang jumlahnya banyak, dan banyaknya pertannyaan menambah jumlah dalil dan alasan
5. Diskusi dilakukan dengan sistem tanya jawab
6. Memusatkan dan mengkonsentrasikan pikiran anak usia puber pada pertannyaan yang dilontarkan
7. Menumbuhkan interaksi esensial antara pendidik dan anak usia puber
8. Jawaban dari anak usia puber bisa dikategorikan sebagai dalil ilmiah atas dirinya



POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE RASULULLAH
A. Sosiokultural Masyarakat Makkah dan Madinah
Kondisi sosiokultural masyarakat Arab pra Islam. Terutama pada masyarakat Makkah dan Madinah sangat mempengaruhi pola pendidikan periode Rasulullah di Makkah dan Madinah. Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Makkah lebih sedikit daripada orang-orang yang masuk Islam pada fase Madinah. Diantaranya disebabkan oleh watak dan budaya nenek moyang mereka sedangkan masyarakat Madinah lebih mudah dimasuki ajaran Islam karena kondisi masyarakat sangat membutuhkan seorang pemimpin.
Pola pendidikan Islam periode Rasulullah SAW. dibedakan menjadi dua fase: (1) fase Makkah, (2) fase Madinah.

1. Fase Makkah
Sebagai calon panutan umat manusia, Muhammad ibn Abdullah sejak “awal sekali” telah disiapkan Allah, dengan menjaganya dari sikap-sikap jahiliah. Dengan akhlaknya yang terpuji, syarat dengan nilai-nilai humanisme dan spiritualisme di tengah-tengah umat yang hampir saja tidak berperikemanusiaan, Muhammad ibn Abdullah, masih sempat mendapat gelar penghargaan tertinggi, yaitu al-Amin. Seseorang yang teguh mempertahankan tradisi Nabi Ibrahim, tabah dalam mencari kebenaran hakiki, menjatuhkan diri dari keramaian dan sikap hedonisme dengan berkontemplasi (ber-tahannus) di gua Hira’. Pada tanggal 17 Ramadhan turunlah wahyu Allah yang pertama, surat al-Alaq ayat 1-5 sebagai fase pendidikan Islam di Makkah.
a. Tahapan pendidikan Islam pada fase Makkah
1) Tahap pendidikan Islam secara rahasia dan perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama al-Qur'an surat 96 ayat 5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadijah untuk beriman kepada dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib dan Zaid ibn Haritsah. Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn Abi Waqas, dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap awal ini disebut Assabiquna al-Awwalun, artinya orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam ibn Arqam.
2) Tahap pendidikan Islam secara terang-terangan
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun waktu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras di kemudian hari (hari kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya.
Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk agama Islam. Di samping itu, keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh kuffar Quraisy.
3) Tahap pendidikan Islam untuk umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal. Maka Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala “internasional” tersebut didasarkan kepada perintah Allah. Pada musim haji, Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yasrib, kabilah Khazraj yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Makkah.
Penerimaan masyarakat Yasrib terhadap ajaran Islam secara antusias tersebut dikarenakan beberapa faktor: (1) adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul; (2) suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi; (3) konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rantang waktu yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka.
Di musim haji pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad SAW., Rasulullah didatangi dua belas orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar kesetiaan, yang dikenal dengan “Bai’ah al-Aqabah” I.
Berkat semangat yang tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan ajaran Islam, sehingga seluruh penduduk Yasrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jamaah haji dari Yasrib mendatangi Rasulullah SAW. dan menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya di tempat yang sama dengan pelaksanaan “Bai’ah al-Aqabah I” tahun lalu, yang dikenal dengan “Bai’ah al-Aqabah II” dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yasrib.
b. Materi pendidikan Islam pada fase Makkah
Pertama, materi pendidikan tauhid. Materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan ajaran agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliyah. Pendidikan tauhid diberikan melalui cara-cara yang bijaksana, menuntun akan pikiran dengan mengajak umatnya untuk membaca, memperhatikan dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri.
Kedua, materi pengajaran al-Qur'an. Materi ini dapat dirinci kepada: (1) materi baca tulis al-Qur'an, (2) materi menghafal ayat-ayat al-Qur'an, dan (3) materi pemahaman al-Qur'an.
c. Metode pendidikan Islam
Metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam mendidik sahabatnya antara lain: (1) metode ceramah, (2) dialog, (3) diskusi atau tanya jawab, (4) metode perumpamaan, (5) metode kisah, (6) metode pembiasaan, dan (7) metode hafalan.
Dalam buku “Tarbiyah Islamiyah” yang ditulis oleh Najb Khalid al-Amar mengatakan bahwa metode pendidikan Islam yang dilakukan Nabi Muhammad pada periode Makkah dan Madinah adalah: (1) melalui teguran langsung, (2) melalui sindiran Rasulullah, (3) pemutusan dari jamaah, dan (4) melalui perbandingan kisah orang-orang terdahulu.
Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah baik di Makkah maupun di Madinah adalah al-Qur'an yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi.

Lembaga pendidikan Islam
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ada dua macam tempat, yaitu:
a. Rumah Arqam bin Arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum Muslimin beserta Rasulullah untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar Islam.
b. .Kuttab. Pendidikan di kuttab tidak sama dengan pendidikan yang diadakan di rumah Arqam ibn Arqam. Pendidikan di rumah Arqam ibn Arqam kandungan materi tentang hukum Islam dan dasar-dasar agama Islam, sedangkan pendidikan di kuttab pada awalnya lebih terfokus pada materi baca tulis sastra, syair Arab, dan pembelajaran berhitung namun setelah datang Islam materinya ditambah dengan materi baca tulis al-Qur'an dan memahami hukum-hukum Islam.

2. Fase Madinah
Kedatangan Nabi Muhammad SAW. bersama kaum Muslimin Makkah, disambut oleh penduduk Madinah dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan. Maka, Islam mendapat lingkungan baru yang bebas dari ancaman para penguasa Quraisy Makkah, lingkungan yang dakwahnya, menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wahyu secara beruntun selama periode Madinah kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW. dalam mengajarkan al-Qur'an adalah menganjurkan pengikutnya untuk menghafal dan menuliskan ayat-ayat al-Qur'an sebagaimana diajarkannya. Beliau sering mengadakan ulangan-ulangan dalam pembacaan al-Qur'an dalam shalat, dalam pidato-pidato, dalam pelajaran-pelajaran dan lain-lain kesempatan.
a. Lembaga pendidikan Islam
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Setelah selesai pembangunan masjid, maka Nabi Muhammad SAW. pindah menempati sebagian ruangannya yang memang khusus disediakan untuknya. Demikian pula diantara kaum Muhajirin yang miskin yang tidak mampu membangun tempat tinggalnya sendiri.
Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyariatkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat Jum'at yang dilaksanakan secara berjamaah dan azan. Dengan shalat Jum'at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW.
b. Materi pendidikan Islam di Madinah
Pelaksanaan pendidikan Islam di Madinah adalah:
1) Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum Muslimin.
2) Pendidikan kesejahteraan sosial. terjaminnya kesejahteraan sosial, tergantung pertama-tama pada terpenuhinya kebutuhan pokok daripada kehidupan sehari-hari. Untuk itu, setiap orang harus bekerja mencari nafkah.
3) Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.
4) Pendidikan hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam. Masyarakat kaum Muslimin merupakan satu state (negara) di bawah bimbingan Nabi Muhammad SAW. yang mempunyai kedaulatan.

A. MASA PENDIDIKAN KHULAFURRASYIDIN
1. Pendidikan di masa Khalifah Abu Bakar As-shiddiq (632-634)
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para penberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan memengaruhi orang-orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran islam. Banyak umat islam yang gugur dalam perang menumpas para pemberontak di Yamamah, yang terdiri dari sahabat dekat Rasulullah dan para hafiz Al-quran, sehingga memerangi jumlah sahabat yang hafal al-quran. Oleh karna itu, Umar Ibnu Khattab menyarankan pada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat al-quran. Kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid Bin Abu Bakar masih seperti pada zaman nabi, baik dari materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dll.
1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
2. Pendidikan akhlaq, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat, dll. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat dan puasa, dan haji
3. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
Menurut Ahmad syalabi, lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asamah Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh orang-orang pada masa Abu Bakar dan pusat penbelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai pendidik adalah para sahabat rasul yang terdekat. Lembaga pendidikan islam pada masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan islam, sebagai sholat berjam’ah, membaca al-quran dan sebagainya.

2. Pendidikan dimasa Khalifah Umar Bin Khattab (13-23 H: 634-644 M)
Dengan meluasnya wilayah islam mengakibatkan meluas pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki ketrampilan dan keahlihan, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh tidak diperlukan keluar daerah kecuali atas izin dari khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke Madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di Madinah.
Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar wilayah jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk itu, Umar Bin Khattab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar Bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan di pasar-pasar serta mengankat dam menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al-quran danh ajaran islam lainnya, seperti fiqih kepada penduduk yang baru masuk islam.
Diantara sahabat-sahabat nabi yang ditunjuk Umar Bin Khattab kedaerah adalah Abdurrahman Bin Ma’qal dan Imran Bin al-Hashim. Kedua orang ini ditempatkan diBasrah. Abdurrahman Bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan Bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya. Dari hal itu, bahwa yang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat-sahabat yang lebih dekat pada rasulullah yang memiliki pengaruh lebih besar, sedangkan pusat pendidikannya selain madinah adalah Mesir, Syria, Basrah.
Meluasnya kekuasaan islam dalam kegiatan pendidikan islam bertambah besar, karena mereka yang menganut agama islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat ajaran agama islam. Gairah menuntut ilmu ajaran agama islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin keagamaan.
Pada masa umar Bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan menulis Al Quran dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama islam. Pendidikan pada masa umar bin khattab ini lebih maju dibanding sebelumnya.


3. Pendidikan di masa khalifah Usman Bin Affan (23-35 H: 644-656 M)
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak di perbolehkan meninggalkan Madinah di masa kalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Khalifah Usman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun ada satu usaha yang cemerlang yang telah terjadi di masa ini yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan islam, yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat al-Quran. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam bacaan al-Quran. Bedasarkan hal ini, khalifah Usman memerintahkan kepada tim untuk penyalinan tersebut, adapun tim tersebut ialah: Zaid Bin Tsabit, Abdullah Bin Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harist.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Usman bin Affan diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya dan hanya mengharapkan keridhoan Allah.
Bahwa pada masa khalifah Usman bin Affan tidak banyak terjadi perkembangan pendidikan, kalau dibandingkan dengan masa kekhalifahan Umar Bin Khatab, sebab pada masa khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan saja kepada rakyat, dan bila di lihat dari segi kondisi pemerintahan Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksengajaan mereka terhadap kebijakan Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.

4. Pendidikan di masa Ali Bin Abi Thalib
Sudah kita ketahui bersama bahwa khalifah Ali adalah sahabat terdekat nabi dalam hal ilmu pendidikan sampai ada yang mengatakan kalau Rasulullah adalah gudangnya ilmu sedangkan Ali adalah pintunya/ kuncinya.
Khalifah Alipun masyhur dalam ahli tauhid Islam, peradilan islam, fiqih islam, ilmu tata bahasa arab dan keterampilan menulis dalam bahasa arab (kaligrafi). Adapun menenai ilmu peradilan dan fiqih, riwayat terkenal mengatakan bahwa Ali adalah hakim yang paling ulung di masanya dan paling paham tentang fiqih dan syariat.
Tetapi pada waktu Ali menjabat terjadi kekecauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan ricuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatanpendidikan islam mendapat gangguan dan hambatan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan demikian pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumberpada al-Quran dan Hadis Nabi

POLA PENDIDIKAN DAN PUSAT PENDIDIKAN PADA DINASTI UMMAYAH
Periode dinasti ummayah merupakan masa inkubasi. Pada masa ini peletakan dasar-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual muslim berkembang pada masa ini.
Pada masa dinasti ummayah pola pendidikan bersifat desentralisasi. Anak memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian keilmuan yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir dan beberapa kota lainnya, seperti ; Basrah dan Kuffah (Irak), damsyik dan Palestina (syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang perkembangannya yaitu kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa maupun seni suara.
Jadi, pendidikan tidak hanya terpusat di Madinah seperti pada masa Nabi dan Khulafaur rasyidin. Sebenarnya apa yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini sudah ada pada formatnya di masa Khulafaur rasyidin dan Ummayah. Hal ini terlihat pada pola pengajaran dengan sistem Kuttab, tempat anak-anak belajar membaca dan menulis Al-Quran serta ilmu agama islam lainnya. Sistem dengan pola ini bertempat di rumah guru, istana dan masjid.
Dalam memberikan pelajaran dengan sistem Kuttab pada masa Khulafaur rasyidin gurunya tidak di bayar, akan tetapi pada masa ummayah lain lagi ceritanya. Pada periode ini berbagai kemajuan telah diperoleh, termasuk dalam bidang perekonomian.
Ada di antara pengusaha yang membayar atau menggaji gurunya untuk mengajar putranya bahkan disediakan tempat mukim untuk guru di dalam istana. Disamping itu masih ada yang melaksanakan pendidikan dengan cara lama, yaitu belajar di pekarangan di sekitar masjid terutama ini terjadi di kalangan siswa yang belatar belakang ekonomi lemah. Untuk model yang seperti ini guru tidak di bayar sebagaimana sistem Kuttab yang telah di kemukakan sebelumnya, melainkan hanya mendapat penghargaan dari masyarakat semata. Adapun materi ajar adalah baca tulis yang secara umum di ambil dari syair atau sastra arab.
Adapun bentuk pendidikan pada dinasti ummayah diataranya:
1. Pendidikan istana. Pendidikan tidak hanya pengajaran tingkat rendah. Tetapi lanjut kepada tingkat tinggi sebagaimana Halaqah, masjid, dan madrasah. Guru istana dinamakan dengan Muaddib. Tujuan pendidikan istana bukan saja mengajarkan ilmu pengetahuan bahkan muaddib harus mendidik kecerdasan, hati dan jasmani anak sebagaimana ungkapan Abdul Malik Ibnu Marwan sabagai berikut :
“Ajarkan kepada anak-anak itu berkata benar sebagaimana kau ajarkan Al-Quran. Jauhkan anak-anak itu dari pergaulan orang-orang buruk budi, karna mereka amat jahat dan kurang adab. Jauhkan anak-anak itu pemalu karna pemalu itu merusakkan mereka. Gunting rambut mereka supaya tebal kuduknya. Beri makan merka dengan daging supaya kuat tubuhnya. Ajarkan syair kepada mereka supaya mereka menjadi orang besar dan berani. Suruh mereka menyikat gigi dan minum air dengan menghirup perlahan-lahan bukan dengan bersuara (seperti hewan). Kalau engkau akan mengajarkan adab kepada mereka hendaklah dengan tertutup tiada di ketahui oleh seorang pun “

Adapun rencana pelajaran di istana sebagai berikut:
a. Al-Quran (kitabullah)
b. Hadist-hadist yang termulia
c. Syair-syair yang terhormat
d. Riwayat hukum
e. Menulis, membaca dan lain-lain
2. Nasihat pembesar terhadap muaddib. Sebagaimana pembesar hisyam ibnu Abdul Malik kepada guru anaknya Sulaiman Al-Kalby :
“Sesungguhnya anakku ini adalah cahaya mataku. Aku serahkan kepada engkau untuk memberi adab kepadanya. Maka, tugas engkau adalah bertaqwa kepada Allah dan menunaikan amanah. Wasiatku yang pertama kepada engkau supaya enkau ajarkan kepadanya kitabullah. Kemudian engkau riwayatkan kepadanya syair-syair yang terbaik. Sesudah itu engkau ajarkan riwayat kaum arab dan syair mereka yang baik. Perlihatkan kepadanya sebagian yang halal dan yang haram serta pidato-pidato dan riwayat peperangan”
3. Badiah.dengan adanya arabisasi, oleh khalifah Abdul Malik Ibnu Marwan. Maka muncullah istilah badiah, yaitu dusun baduwi di padang sahara yang masih fasih bahasa arabnya dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab itu. Akibat dari arabisasi ini muncullah ilmu kowa’it dan cabang ilmu lainnya untuk mempelajari bahasa arab. Bahasa arab ini sudah sampai ke Irak, Syiriah, Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, di samping Saudi Arabia, Yaman, Emirat Arab, dan sekitarnya. Sehinngga banyak yang mengirim anaknya ke badiah untuk belajar bahasa arab bahkan para ulama juga pergi kesana untuk belajar bahasa arab diantaranya: alkhalil ibnu ahmad (160 H atau 776 M). Ia belajar ke Badiah, Hijaz, Nejd dan Tihamah.
4. Perpustakaan. Alhakam Ibnu Nasir (350 H/ 961 M) mendirikan perpustakaan yang besar di qurtubah (cordova).
5. Bamaristan( rumah sakit tempat berobat dab merawat orang serta tempat studi kedokteran). Cucu Mu’awiyah Khalid Ibnu Yazid sangat tertarik pada ilmu kimia kedokteran. Ia menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para sarjana Yunani yang ada di Mesir untuk menerjemahkan kedalam bahasa arab. Hal ini menjadi terjemahan pertama dalam sejarah sehingga al-Walid Ibnu Abdul malik memberikan perhatian terhadap Bamaristan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola pendidikan pada periode dinasti Umaiah ini telah berkembang jika dilihat dari aspek pengajarannya meskipun sistemnya masih sama seperti pada masa nabi dan khulafaurrasyidin. Pada masa ini peradapan islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua yaitu sebagian Eropa, Afrika, dan sebagian besar asia yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa arab sebagai bahasa asli negara.

KESIMPULAN
Sejarah pendidikan pada masa Rasulaullah menggunakan metode
(1) metode ceramah (2) dialog (3) diskusi atau tanya jawab (4) metode demonstrasi (5) metode eksperimen, metode sosiodrama dan bermain peranan.
Selanjutnya, metode pendidikan akhlak disampaikan Nabi dengan membacakan ayat-ayat al-Quran yang berisi kisah-kisah uamt dahulu kala, supaya diambil pengajaran dan iktibar dari kisah itu.orang yang taat dan patuh mengikuti Rasulullah, akan mendapat kebahagiaan dan orang yang durhaka mendapat siksa, seperti kisah Qarun yang bakhil dan kisah Musa yang berbuat baik kepada putri Su’aib dan lain-lain
Sejarah pendidikan pada masa Khulafaur Ar-Rasyidin dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, mengajarkan isi al-quran dan ajaran islam lainnya, seperti fiqih kepada penduduk yang baru masuk islam. pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada al-Quran dan Hadis Nabi
Diantara ilmu-ilmu yang perkembangannya yaitu kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa maupun seni suara. Dalam memberikan pelajaran dengan sistem Kuttab pada masa Khulafaur rasyidin gurunya tidak di bayar, akan tetapi pada masa ummayah lain lagi ceritanya. Pada periode ini berbagai kemajuan telah diperoleh, termasuk dalam bidang perekonomian.

REFERENSI
Al Aqqad, Abbas Mahmud. 2001. Kejeniusan Abu Bakar Ash Shiddiq. Jakarta: Pustaka Azzam
Nizar, Samsul. 2002. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

adihcrrentz7 mengatakan...

bloggernya bagus

Posting Komentar

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

SURABAYA

2009

TRISMA'S 2008

TRISMA'S 2008
Soeve Yoed, Ibnoe Mz

Pengikut

Ibnoe Maesycoery13. Diberdayakan oleh Blogger.